Humas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Grib Jaya, H. Razman Arif Nasution
Restorasi.id – Humas Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Grib Jaya, H. Razman Arif Nasution, melontarkan kritik tajam terkait pernyataan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal premanisme yang dikaitkan dengan organisasi masyarakat (ormas).
Dalam konferensi pers usai Rapat Kerja Daerah (Rakerda) DPD Grib Jaya Jawa Barat di Ballroom Resto Dewi Air, Karawang, Jumat 11 April 2025, Razman menegaskan bahwa stigma ormas identik dengan preman adalah pandangan yang keliru dan harus diluruskan.
“Saat ini yang harus kita pahami, preman itu ada dua, preman biasa dan preman berdasi. Pertanyaannya, mana yang lebih besar dampaknya?” ujar Razman.
Ia mencontohkan, beberapa kasus besar seperti dugaan korupsi triliunan rupiah di Pertamina, hingga skandal lainnya, lebih banyak melibatkan "preman berdasi" istilah yang ia sematkan kepada para elit atau pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan.
“Berapa besar kerugian negara dari kasus-kasus itu? Sementara orang-orang yang disebut ‘preman jalanan’ ini malah dianggap biang kerok kerusuhan. Padahal, tidak semua ormas berperilaku seperti itu. Di Grib Jaya, bahkan memberikan proposal saja tidak diperkenankan tanpa izin ketua umum,” tegasnya.
Razman juga menyampaikan bahwa Grib Jaya adalah ormas yang menjunjung tinggi disiplin, kemandirian, dan karakter militan, bukan organisasi yang identik dengan kekerasan, pemerasan, apalagi kriminalitas.
“Ormas bukan tempat kriminal. Kami membina kader untuk menjadi mandiri, bukan jadi pemalak atau pembunuh. Jadi, jangan asal menyudutkan ormas,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Razman juga menyampaikan salam dari Ketua Umum Grib Jaya kepada Dedi Mulyadi, yang disebut pernah berjuang bersama dalam kontestasi politik Jawa Barat. Ia menambahkan bahwa Grib Jaya turut ambil bagian dalam mendukung kemenangan Prabowo Subianto, termasuk saat panen raya di Majalengka, di mana para kader Grib Jaya mendapat sambutan langsung dari Prabowo.
“Pak Prabowo sangat mengenal Grib Jaya. Ini bukti bahwa kami bukan organisasi pinggiran,” ucapnya.
Razman menutup pernyataannya dengan ajakan untuk saling mengawasi dan mengevaluasi diri antar organisasi dan institusi, tanpa stigma negatif yang menyudutkan ormas tertentu. (Luthfi Alparizy)