Poto H. Kimo sedang menunjukan tidak adanya air disawah
Restorasi.id - Sebanyak 200 hektare sawah di Desa Karangsinom, Kecamatan Tirtamulya, Karawang, Jawa Barat, terancam kekeringan. Hal ini diungkapkan oleh H. Kimo (60), tokoh masyarakat sekaligus penggerak kelompok tani dari Kampung Karangsaga.
Menurutnya, sejak awal tahun 2000-an, petani di wilayah tersebut kesulitan mengakses air untuk mengairi sawah akibat masalah pada sistem irigasi.
Ia menjelaskan, aliran air irigasi di jalur tersier sepanjang 500 meter yang menghubungkan kawasan pesawahan Rancabango sering bocor, terutama di dekat pipa Kelog hingga Kampung Kebonkalapa.
Akibatnya, air yang seharusnya mengalir ke sawah terbuang percuma dan hanya sedikit yang sampai ke hilir.
“Perbaikan turap irigasi juga tidak maksimal, kualitasnya rendah. Banyak bagian yang terkelupas dan hanya tersisa batu, menyebabkan sistem irigasi tidak dapat berfungsi dengan baik,” keluhnya.
Selain itu, H. Kimo mengungkapkan bahwa bantuan pemerintah terkait program pertanian sulit diterima masyarakat. "Program pertanian dari pemerintah tidak tersosialisasikan dengan baik, banyak petani di sini yang tidak tahu tentang adanya bantuan tersebut," katanya.
Meski ada sebagian lahan yang dijual untuk perumahan, sebagian besar sawah masih dikelola oleh petani. Namun, biaya produksi yang tinggi menjadi tantangan besar. Para petani harus membeli pupuk dengan harga mahal, dan untuk mengairi sawah, mereka terpaksa menggunakan mesin pompa air, yang biayanya juga cukup besar.
“Mesin pompa air hanya mampu mengairi 1 hektare sawah dengan 10 liter bensin untuk 6 jam, dan airnya cepat surut. Tanpa bantuan air hujan, kami harus rutin menggunakan pompa, bahkan hingga menjelang panen,” terang H. Kimo.
Dia berharap pemerintah daerah dan desa dapat memberikan solusi konkret untuk mengatasi masalah kekeringan dan kekurangan bantuan pertanian. "Kami berharap ada perhatian lebih, terutama di momen Pilkada ini. Jangan hanya minta suara, tapi buktikan dengan kerja nyata," tutupnya.