• Jelajahi

    Copyright © Restorasi Indonesia
    Inspirasi Perubahan

    Kanal Video

    Pembacaan Semiotika Julia Kristeva dan Ferdinand De Saussure pada Surat al-A’raf ayat 197

    Minggu, 02 Januari 2022
    Oleh: Rizqi Akbar Maulana
    Mahasiswa Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir
    UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

    Sumber foto: pribadi penulis

    Restorasi.id - Ketika Allah menciptakan manusia didalam tubuh manusia ada hati yang dikaruniakan Allah dan tidak didapatkan dalam binatang maupun tumbuhan. Allah menempatkan dalam diri manusia hati yang memberikan kesadaran moral, dalam hal membedaka yang benar dan yang salah. Dalam hal ini, sejak pertama kali manusia disebut makluk hidup ketika Allah menghembuskan nafas hidup didalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi mahkluk hidup. Pada saat itulah manusia menjadi makhluk hidup, makhluk hidup yang istimewa dibanding dengan ciptaan-ciptaan lainnya.

    Keistimewaan manusia adalah kepada manusia diberikan kemampuan untuk berfikir dan merasakan, berkomunikasi dengan pihak lain, membedakan dan memilih, dan, hingga taraf tertentu menentukkan wataknya sendiri. Dengan keistimewaan yang dianugrahkan Tuhan Allah kepada manusia serta kehendak bebas yang dimilikinya, sesungguhnya ini merupakan suatu karya Allah yang begitu besar bagi manusia.

    Baca juga: Budaya Massa dan Makna Cuitan “sadtember, octrouble, nopartner, disable.”

    Namun dengan kehendak bebasnya tidak sedikit manusia yang menjadi lalai. Lalai adalah salah satu penyakit yang paling berbahaya" yang menimpa individu dan umat manusia. la adalah penyakit yang amat membinasakan, yang membunuh kebaikan dan penghancur semangat. la adalah pohon yang buruk, yang disirami dengan air kebodohan dan membuahkan su'ul-Khätimah.

    Lalai merupakan penyakit yang keras, yang membuat seseorang kehilangan tujuannya, dan menghabiskan energinya. Jika lalai mengenai seorang alim, maka ia akan meninggalkanya dalam keadaan jahil. Jika lalai mengenai orang kaya, niscaya ia akan meninggalkannya dalam keadaan miskin. Jika lalai menimpa orang yang terhormat, niscaya ia akan mengubahnya menjadi orang hina. Lalai juga dapat membinasakan tanpa kematian. Kesia-sian tanpa adanya yang hilang, Hijabnya tampak lembut, kemudian bertambah tebal sedikit demi sedikit schingga hijab itu pun menjadi tebal dan membuat hati menjadi terbalik tanpa ada kebaikan padanya.

    Allah SWt dalam firmannya sudah memperingati manusia agar tidak terjerumus kepada kelalaian. Hal ini tertuanng pada surat al-A'raf ayat 179 sebagai berikut:

    Baca juga:  Masyarakat Yang Bagaimana Yang Ingin Di Ciptakan Pancasila?

    Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
    Berikut juga ada beberapa penafsiran dari al-A'raf ayat 179:

    Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

    Sesungguhnya Kami telah jadikan kebanyakan dari jin dan manusia untuk isi neraka Jahannam, Kami Maha Mengetahui tempat akhir mereka lebih dahulu. Sebab perbuatan mereka adalah perbuatan ahli neraka. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah. Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah. Mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah untuk mengambil pelajaran dan nasihat darinya. Mereka beserta segala sifat itu seperti binatang ternak yang menyia-nyiakan energi, bahkan mereka lebih sesat lagi daripada binatang ternak. Sebab binatang ternak lebih tahu mana yang manfaat mana yang tidak, sehingga mereka melakukan atau tidak. Adapun orang-orang kafir tidak bisa membedakan antara manfaat dan madharat sebagaimana yang telah diperintahkan Allah. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

    Tafsir al-Jalalayn

     (Dan sesungguhnya Kami jadikan) Kami ciptakan (untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah) yakni perkara hak (dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah) yaitu bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah dengan penglihatan yang disertai pemikiran (dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah) ayat-ayat Allah dan nasihat-nasihat-Nya dengan pendengaran yang disertai pemikiran dan ketaatan (mereka itu sebagai binatang ternak) dalam hal tidak mau mengetahui, melihat dan mendengar (bahkan mereka lebih sesat) dari hewan ternak itu sebab hewan ternak akan mencari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan ia akan lari dari hal-hal yang membahayakan dirinya tetapi mereka itu berani menyuguhkan dirinya ke dalam neraka dengan menentang (mereka itulah orang-orang yang lalai).

    Tafsir al-Misbah

    Dan sungguh Kami telah menciptakan banyak di antara jin dan manusia yang, di hari kiamat nanti, akan berada di api neraka. Hal itu karena hati mereka tidak digunakan untuk menembus kebenaran, mata mereka tidak merenungi kekuasaan Tuhan, dan telinga mereka tidak mendengarkan ayat-ayat dan nasihat- nasihat untuk direnungi dan diambil pelajaran. Mereka layaknya seperti binatang yang tidak menggunakan akal yang diberikan Allah untuk bertadabbur. Bahkan mereka sebenarnya lebih sesat dari binatang. Sebab, binatang itu--dengan instinknya--akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada. Mereka itu memang orang-orang yang sangat bodoh!

    Pembentukan Makna ala Semanalisis Julia Kristeva

    Pemaparan atas tiga penafsiran yang berbeda di atas menunjukkan bahwa terdapat proses pembentukan makna. Ini selaras dengan tawaran Julia Kristeva yang disebut semanalisis dalam karyanya Desire in Languange A Semiotic Approach to Literature and Art.

    Ada dua aspek penting yang harus diperhatikan pada semanalisis ini.

    Pertama, Genotek. Merupakan teks asli (utuh) yang memiliki kemungkinan pemaknaan tidak terbatas. Kedua, Fenotek, merupakan suatu pemaknaan dari pembaca atau respon pembaca terhadap teks aksli tersebut.

    Baca juga: Merekontruksi Makna Memperingati Hari Ibu

    Dalam kontek ini, Q.S al-a'raf ayat 179 merupakan bagian Genotek, yaitu teks asli (utuh). Sedangkan, Tafsir al Wajiz, Tafsir al-Jalalayn, dan Tafsir al-Misbah  termasuk bagian dari fenotek, yakni pemaknaan si pembaca (baca:penafsir) terhadap Q.S al-A'raf ayat 179. Namun demikian, Kristeva menegaskan bahwa kedua nya tidak pisah dipisahkan satu dengan lainnya dalam proses pembentukan makna.

    Pemaknaan Kal A'nam semiotika De Saussure

    Selanjutnya dalam ayat tersebut penulis menemukan satu tanda yang cukup menonjol dalam ayat tersebut, yaitu Kal A'nam. Tanda tersebut bila dibaca dengan pendekatan Semiotika Saussure adalah sebuah penanda. Al-an'am memiliki arti binatang ternak. Binatang ternak adalah makhluk Allah yang dikaruniakan kepada manusia untuk diambil kemanfaatannya. Binatang ternak memiliki Instink, dengan instinknya' binatang ternak akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya. Maka makna atau pesan tuhan yang tersimpan dari tanda Kal A'nam adalah agar manusia yang dikaruniai oleh Allah memiliki Hati, penglihatan dan pendengaran harus selalu berorientasi kepada Allah dan kemanfaatan atas karunia yang diberikan oleh Allah.

    Kolom netizen >>>

    Buka kolom netizen

    Lentera Islam

    Lentera Islam


    Rasulullah SAW bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah”. (HR Al-Baihaqi).

    Berita Terbaru

    pemerintahan

    +