• Jelajahi

    Copyright © Restorasi Indonesia
    Inspirasi Perubahan

    Kanal Video

    Masyarakat Yang Bagaimana Yang Ingin Di Ciptakan Pancasila?

    Kamis, 23 Desember 2021

    Oleh: Ismail Maulana Ihsan (Mas Chan)
    Mahasiswa S1 Ilmu Politik
    Universitas  Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
    Illustrasi: pixabay

    Restorasi.id - Berbicara tentang Pancasila. Emang tidak akan ada matinya, ia tetap hidup. Entah sebagai sebuah alat pelanggeng kekuasaan, alat politik, alat propaganda untuk mempolarisasi masyarakat religius dan nasionalis atau memang pada hakikatnya; Pancasila hidup dan bersemayam jauh dalam lubuk hati Manusia Indonesia.


    Pancasila tidak butuh lagi ditatarkan, diajarkan dan di insitutsikan. Tokh, memang ia sudah sejak manusia Indonesia lahir, jiwa Pancasila ikut tumbuh bersamanya. Memang, berbicara Pancasila. Nggak bakal ada matinya!
    Manusia Indonesia mengakui keberadaan Tuhan, bahkan berkat rahmat dan inayah-nya Indonesia bisa meraih kemerdekaannya.

    Baca juga: Merekonstruksi Makna Memperingati Hari Ibu

    Tentunya, manusia tidak ingin berpangku tangan menerima nasib daripada Tuhan saja. Innallaha laa yughairu bi qoumin hatta yughairu ma bianfusihim. Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum mereka merubahnya sendiri. makanya, dalam pembukaan konsitutsi kita disebutkan, atas berkat rahmat Allah dan dengan didorongkan keinginan yang luhur. Seolah-olah tanpa ada keinginan yang luhur, maka Allah tidak akan memberkati dan meridlai kemerdekaan Indonesia. Memangkah?

    Dengan bertemunya usaha yang keras dan kehendak Tuhan. Seperti anak-anak Muda Tim Nasional bola Indonesia pada pertandingan terakhir group B AFF Suzuki 2020 kemarin melawan Timnas Malaysia yang awalnya tim kita dibobol melalui sepakan diluar kotak penalty memanfaatkan blunder yang dilakukan Irfan Jaya di menit '13. Akhirnya, perjuangan dan usaha keras serta rahmat Allah itu berhasil mengalahkan Malaysia dengan skor telak 4-1 setelah lama kita tidak menang melawan Malaysia bahkan di kualifikasi Piala Dunia tahun lalu, kita gagal menang di kendang sendiri dengan skor sakit hati 3-2.

    Bangsa Indonesia pun, pada tahun 1945 meraih apa yang dicita-citakannya yaitu Kemerdekaan!. Dan segala peralatan-peralatan untuk mengisi kemerdekaan itu pun satu per satu dibentuk dan dihadirkan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang "aku" masih bingung. Sebenarnya, kita melalui kemerdekaan yang telah diraih, ingin menciptakan masyarakat Indonesia yang macam mana?

    Di awal kemerdekaan sampai era Orde lama, ideologi kita terpolarisasi pada beberapa segmen. Kiri, kanan, tengah, tengah keras, kiri keras dan sebagainya tetek bengek yang sulit aku terjemahkan. Ada Sebagian elite yang ingin menciptakan masyarakat tanpa kelas, hingga akhirnya elite-elite itu membuat pemberontakan di tahun '48 di Madiun. Ada Sebagian lagi yang ingin menciptakan masyarakat yang baldatun thoibatun wa rabbun ghafur, Negara yang aman dan Tuhan mengampuni. Tapi, dilakukan dengan hal-hal yang Tuhan murkai dan menyebarkan ketakutan, Karto-karto.

    Baca juga: Koruptor, Masih Banyak Suara

    Namun, diantara semuanya. Jelas, tertuang dalam Pancasila. Seperti yang kita terangkan diatas, bahwa ia merupakan jiwa dan ruh bangsa Indonesia, tujuan kita jelas disana. Menciptakan masyarakat yang sesuai dengan sila-silanya karena memang eksistensi dan hakikat Masyarat kita adalah Pancasila. Yaitu masyarakat yang berketuhanan, baik Tuhan yang kita fahami seperti: Allah SWT untuk kaum Muslim, Yesus bagi umat Kristiani atau pun Tuhan atau Dewa lain bagi para pemeluknya. Maupun Tuhan yang sering kebanyakan manusia sembah dan puja-puja, yaitu Uang, kekuasaan dan popularitas. Hingga manusia sampai bersujud-sujud, berukuk-rukuk melebihi sujud dan rukuk-nya di masjid atau tempat ibadah-ibadah lain.

    Pun, Pancasila adalah sebuah keadaan Indonesia yang beradab, berprikemanusiaan dan adil. Beradab untuk mereka yang mempunyai kekuatan dan kuasa, berprikemanusiaan jika sudah terlanjur viral agar tidak dicap macam-macam dan adil, hanya dalam ucapan. Ataukah memang sejati-jatinya pengertian positif dari kata-kata diatas? Entahlah. Tapi, Pancasila adalah kebaikan, ia mau Indonesia bersatu dan hikmat bijaksana dalam perwakilannya.

    Perwakilan macam apa? Perwakilan Sebagian orang penguasa yang membentuk oligarki? Hingga segala-gala sesuatunya diserahkan kepada mereka, termasuk menjual Negara? Dengan hutang dan infrastruktur yang oleh masyarakat kebanyakan tidak disukai? Entahlah. Yang jelas Pancasila adalah jalan, menuju masyarakat yang ber-Keadilan Sosial untuk semua golongan.

    Golongan elit, golongan keluarga penguasa, golongan keluarga pejabat, militer hingga kemudian di Bandara Soetta ada yang mengancam dengan sebutan, "Gua anak Jendral! Gua abisini karir lu!". Golongan rakyat kecil? Golongan ini adalah bagian dari sosial, tapi tidak masuk dalam keadilan, bahkan mereka bingung; aku ini bakal dapat keadilan tidak di Negara Pancasila?

    Baca juga:
    Anak Usia 16 Tahun Dicabuli Ayah Tiri Selama Bulan Ramadhan

    Tulisan ini pun akhirnya melantur, bingung dan tak bersandarkan metodologi atau penulisan ilmiah. Tapi, yang jelas. Tulisan ini adalah tulisan yang jauh berada dalam lubuk hati seluruh rakyat Indonesia. Seluruh rakyatnya yang masih dikerdilkan, masih dimiskinkan. Di negara yang menjungjung tinggi Pancasila.
    Kemudian, pertanyaan itu belum terjawab: Masyarakat seperti apa memangnya, yang ingin diciptakan oleh Pancasila?
    Kolom netizen >>>

    Buka kolom netizen

    Lentera Islam

    Lentera Islam


    Rasulullah SAW bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah”. (HR Al-Baihaqi).

    Berita Terbaru

    pemerintahan

    +